Cerita Pagaralam — Pembunuhan 2 Polisi, Australia Beri Imbalan Rp 10 M untuk Tangkap Pelaku Kepolisian Australia tengah memburu pelaku pembunuhan brutal terhadap dua anggota polisi di negara bagian Queensland. Insiden berdarah ini memicu kemarahan publik dan keprihatinan dari berbagai kalangan, hingga pemerintah negara bagian mengambil langkah tegas dengan menawarkan imbalan sebesar 1 juta dolar Australia (sekitar Rp 10 miliar) bagi siapa pun yang dapat memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan pelaku utama.
Dua petugas polisi yang gugur adalah Senior Constable Matthew Arnold (26) dan Constable Rachel McCrow (29). Mereka tewas saat menjalankan tugas dalam sebuah operasi pengecekan izin senjata di kawasan pedesaan Wieambilla, sekitar 300 kilometer barat laut Brisbane.
Baca Juga: Hotman Paris Langsung Nongol di Instagram, Klaim Nadiem Makarim Tak Terima Uang Korupsi Chromebook
Kronologi Kejadian: Dari Panggilan Rutin Berujung Maut
Peristiwa ini bermula ketika keempat polisi — termasuk Arnold dan McCrow — mendatangi sebuah properti milik sepasang suami istri yang sebelumnya dilaporkan memiliki hubungan dengan kelompok ekstremis. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk melakukan pemeriksaan lisensi senjata api, yang pada awalnya dianggap sebagai prosedur standar.
Namun, tanpa peringatan, para pelaku langsung melepaskan tembakan dari dalam rumah. Dalam hitungan detik, dua polisi langsung terkena tembakan dan tewas di tempat. Dua petugas lainnya berhasil menyelamatkan diri dan meminta bantuan melalui radio komunikasi.
Selain dua polisi, seorang warga sipil yang merupakan tetangga korban juga ikut tewas saat mencoba mendekat untuk membantu, menjadikan jumlah korban tewas menjadi tiga.
Pelaku Diduga Terafiliasi Kelompok Ekstremis
Penyelidikan awal menyebutkan bahwa pelaku adalah tiga orang: Gareth Train, Nathaniel Train, dan Stacey Train.
Beberapa sumber kepolisian menduga bahwa pelaku merupakan bagian dari jaringan “sovereign citizen” — sebuah gerakan konspiratif yang menolak otoritas pemerintah dan menganggap diri mereka sebagai entitas bebas dari hukum nasional. Hal ini memperkuat motif ideologis di balik serangan tersebut, bukan sekadar tindak kriminal biasa.
Respons Kepolisian dan Pemerintah Australia
Komisioner Kepolisian Queensland, Katarina Carroll, dalam pernyataan resminya menyampaikan duka mendalam atas gugurnya dua anggotanya. Ia menyebut bahwa kejadian ini merupakan salah satu tragedi paling memilukan dalam sejarah kepolisian modern Australia.
“Ini bukan hanya pembunuhan terhadap dua polisi muda yang berdedikasi. Ini adalah serangan terhadap sistem hukum, terhadap nilai-nilai kita sebagai bangsa, dan terhadap keamanan masyarakat,” ujar Carroll dalam konferensi pers.
Pemerintah negara bagian Queensland kemudian mengumumkan pemberian hadiah sebesar AUD 1 juta (sekitar Rp 10 miliar) bagi siapa pun yang dapat memberikan informasi penting yang mengarah pada penangkapan pelaku yang masih buron atau membantu mengungkap jaringan yang lebih besar di balik peristiwa ini.
Kepolisian federal Australia (AFP) bersama lembaga intelijen nasional langsung turun tangan. Mereka meluncurkan operasi gabungan nasional untuk:
-
Menelusuri jaringan ekstremis dalam negeri.
- Melacak jejak keuangan dan komunikasi para pelaku.
Dukungan Publik dan Duka Nasional
Warga Australia memberikan respons emosional atas insiden ini Media nasional menyebut peristiwa ini sebagai “hari kelam bagi hukum dan kemanusiaan di Australia.”
Perdana Menteri Australia menyatakan bahwa kejadian ini tidak hanya menyentuh institusi polisi, tetapi juga melukai hati seluruh bangsa. Ia menegaskan bahwa pemerintah akan mengejar siapa pun yang terlibat hingga ke akar-akarnya.
Imbalan Besar sebagai Sinyal Tegas Negara
Keputusan untuk memberikan imbalan dalam jumlah sangat besar — senilai Rp 10 miliar — menunjukkan betapa seriusnya pemerintah Australia menangani kasus ini. Bukan hanya karena nyawa polisi yang hilang, tetapi juga karena adanya indikasi terorisme domestik berbasis ideologi ekstrem yang mengancam stabilitas nasional.
Kesimpulan: Tragedi yang Menjadi Titik Balik
Kematian dua polisi muda dalam tugas tidak hanya menjadi tragedi pribadi bagi keluarga mereka, tetapi juga menjadi alarm keras bagi pemerintah Australia untuk segera menindak dan menghapus gerakan ekstremisme domestik yang kian menguat.
Penawaran imbalan sebesar Rp 10 miliar bukan hanya bentuk penghargaan bagi pelaporan, tetapi juga sinyal bahwa negara tidak akan mentoleransi kekerasan terhadap aparat hukum. Kasus ini akan menjadi tolak ukur keseriusan Australia dalam menangani ancaman dalam negeri, terutama yang menyasar simbol negara seperti polisi.













